Friday, September 23, 2016
Patogen Pada Ikan
Patogen Pada Ikan
DEFINISI PARASIT
Parasit adalah organisme yang hidup menumpang pada permukaan atau dalam tubuh organisme lain (inang/host) dan bersifat merugikan terhadap inangnya (Levine 1981). Sementara itu Rukyani dan Komarudin (1991) mengemukakan bahwa parasit didefinisikan sebagai organisme yang menempel pada inang dan menghisap makanan dari inang tersebut.
Berdasarkan organ tubuh yang terinfeksi, parasit dapat digolongkan ke dalam dua kelompok, yaitu ektoparasit dan endoparasit. Parasit yang menyebabkan penyakit pada ikan sangat bervariasi pada ukuran, jenis dan keadaan jenis ikan tersebut. Namun beberapa jenis parasit mempunyai inang yang spesifik bisa menginfeksi satu atau beberapa jenis inangnya (Levine 1995).
Kelompok Parasit
Ektoparasit adalah parasit yang hidup pada organ bagian luar organisme yang ditumpanginya. Organ luar yang sering terinfeksi adalah sirip, insang dan kulit. Insang yang terinfeksi biasanya berwama pucat dan produksi lendimya berlebihan (Awik, Hidayati dan Karimatul 2010). Insang mempakan organ penting yang sangat dibutuhkan oleh organisme perairan sebab insang mempakan organ primer untuk pertukaran gas-gas juga berperan dalam proses osmoregulasi.
Hal ini sesuai dengan pemyataan bahwa insang pada organisme perairan sangat dibutuhkan dalam mempertahankan kondisi tubuh dengan lingkungan agar tetap seimbang untuk mempertahankan diri dari lingkungan.
Endoparasit adalah parasit yang hidup di dalam tubuh inangnya. Berdasarkan habitat parasit dalam tubuh inang maka analisis endoparasit dapat dilakukan melalui feses. Diba (2009) menyatakan bahwa feses dapat digunakan untuk mengetahui parasit yang hidup di saluran pencemaan. Endoparasit dalam tubuh inang mungkin terdapat dalam sistem tubuh inang yaitu sistem pencemaan, sistem sirkulasi dan sistem respirasi. Dalam sistem pencemaan, parasit dapat dijumpai dalam saluran dan dinding saluran pencemaan, yaitu duodenum, ileum,yeyunum, sekum, kolon dan rektum. Parasit-parasit yang mendiami saluran dan dinding saluran pencemaan memperoleh makanannya dengan cara mengabsorpsi makanan yang terlambatt di dinding sel dan di jaringan tersebut. Jenis-Jenis Ektoparasit pada Ikan
Protozoa
Protozoa merupakan hewan uniseiuier yang hidup sohter atau berkoloni, diperkirakan 50.000 spesies Protozoa yang sudah teridentifikasi. Habitat protozoa adalah air laut, payau, air tawar, daratan yang iembab dan pasir kering. Sebagian besar Protozoa hidup bebas dan menjadi makanan organisme yang lebih besar.
Beberapa Protozoa hidup sebagai parasit, diantaranya parasit pada ikan, yaitu :Trichodina, Ichthyoptirim, dan Heneguya (Suwignyo dkk 1997). Parasit Protozoa dapat bersifat fakultatif, obligat, ektoparasit dan endoparasit (Mollers dkk 1986).
Noble dan Noble (1989), menyatakan bahwa berdasarkan alat geraknya Protozoa dibedakan atas lima golongan yaitu : Sarcomastighopora, Sarcodina, Apicomplexa, Ciliophora, dan Myxozoa. Sarcomastighopora mencakup kelompok Mastighopora yang menggunakan flagella sebagai alat geraknya dan meliputi semua Protozoa yang memiliki satu atau lebih flagel pada seluruh stadia dalam siklus hidupnya. Sebagian besar Mastighopora hidup bebas, ditemukan pada berbagai habitat tetapi banyak yang bersimbiosis (komensalisme, mutualisme dan parasitisme) dengan vertebrata dan avertebrata. Mastighopora dibagi dalam tiga kelas, yaitu : Phytomastighopora, Zoomastighopora dan Opalinata.
Phytomastighopora yang bersifat parasit pada ikan adalah Amyloodinium pillularis. Parasit ikan yang berasal dari Zoomastighopora adalah Ichtyobodo necatrix yang menginfeksi kulit dan insang, usus dan darah ikan air tawar dan air laut(Grabda 1991).
Berikut ini adalah jenis-jenis Protozoa yang termasuk ke dalam ektoparasit maupun endoparasit:
Trichodina sp
Gambar 1. Trichodina sp (Sumber : Anonim 2008)
Trichodina sp. merupakan jenis protozoa dari kelompok Ciliata yang memiliki bulu getar. Trichodina sp. mempunyai bentuk tubuh seperti cawan,berdiameter 5^m, dengan bulu getar terangkai pada kedua sisi sel (Irianto 2005). Trichodina sp. Merupakan parasit yang mudah memisahkan diri menjadi dua bagian yang lebih kecil dan kemudian masing-masing bagian akan kembali memperbanyak diri.
Trichodina sp. merupakan ektoparasit yang menyerang/menginfeksi kulit dan insang, biasanya menginfeksi semua jenis ikan air tawar. Populasi Trichodina sp. di air meningkat pada saat peralihan musim, dari musim panas ke musim dingin. Berkembang biak dengan cara pembelahan yang berlangsung di tubuh inang, mudah berenang secara bebas, dapat melepaskan diri dari inang dan mampu hidup lebih dari dua hari tanpa inang. Parasit ini berukuran ± 50nm, berbentuk bundar dengan sisi lateral berbentuk lonceng, memiliki cincin dentikel sebagai alat penempel dan memiliki silia di sekeliling tubuhnya. Ikan yang terinfeksi mengalami iritasi pada kulit, produksi lendir berlebih, insang pucat, megap-megap sehingga ikan sering menggantung di permukaan air atau di pinggir kolam, nafsu makan menurun, gerakan ikan lemah, sirip ekor rusak dan berawama kemerahan akibat pembuluh darah kapiler pada sirip pecah.
Diagnosa penyakit dilakukan dengan membuat preparat basah dari lendir dan insang ikan yang terinfeksi, pengamatan di bawah mikroskop dengan pembesaran objektif 10x (Zainun 2008).
Oodinium sp.
Gambar 2 : Oodinium sp.
Oodinium sp. merupakan jenis Flagellata yang masuk kategori protozoa,tetapi beberapa sumber mengatakan bahwa Oodinium sp.ini masuk kategori algae karena memiliki klorofil (Anonim*^ 2011). Oodinium sp. merupakan salah satu parasit yang sering menyerang pada kondisi ikan yang sedang stress. Oodinium sp. dapat menyerang ikan air tawar maupun laut, dimana untuk air tawar disebabkan oleh Oodinium pilularis atau Oodinium limneticum dan untuk ikan air laut disebabkan oleh Oodinium ocellatum. Oodinium akan mencari ikan sebagai inang dengan segera, karena Oodinium akan mati dalam waktu 24 jam jika tidak menemukan inangnya. Oodinium akan menempel pada ikan dengan menggunakan flagellum yang kemudian akan membentuk batang (kaki) penghisap yang masuk ke dalam kulit dan selaput lendir pada insang ikan. Batang (kaki) penghisap ini akan merusak sel-sel disekitamya dan menghisap nutrisi pada daging ikan (inang) sebagai makanannya (Anonim** 2011).
Gejala klinis pada Oodinium di mulai dari sirip ikan, tahapan lebih lanjut akan terlihat seperti memakai bedak atau bertaburan tepung, ini yang disebut velvet. Pada tahapan berikutnya, potongan sisik atau kulit dari ikan akan terkelupas, pada mata akan terlihat adanya selaput seperti kabur dan kemudian menyerang seluruh bagian tubuh (Anonim^ 2011). Sedangkan Kabata (1985), menjelaskan bahwa infeksi Oodinium sp. disebabkan karena penetrasi akan rizoid ke sel epitel inang, sehingga menyebabkan nekrosis, pendarahan dan mengalami infeksi sekunder oleh bakteri dan jamur.
Vorticella sp
Gambar 3 : Vorticella sp.
Vorticella sp. merupakan protozoa dari filum Ciliophora. Vorticella sp. memiliki bentuk lonceng terbaiik dengan tangkai bersilia yang mengandung fibril yang disebut myoneme (Kabata 1985). Cara reproduksinya dengan cara pembelahan. Vorticella sp. tidak hanya hidup di perairan air tawar saja, tetapi juga di perairan laut dan dapat menempel pada tumbuhan dan hewan.
A . Dactylogyrus sp
Gambar 4. Dactylogyrus sp (Sumber : revistaaquatic.com 2010)
Dactylogyrus sp. merupakan parasit yang penting pada ikan air tawar dan ikan air laut. Juga merupakan parasit yang penting pada carp fry. Hidup di insang,tergolong Monogenea, punya kaki paku dan beracetabulum. Parasit yang matang melekat pada insang dan bertelur disana. Dactylogyrus sp. merupakan cacing Trematoda dari sub-kelas Monogenea. Spesiesnya berparasit pada hewan air berdarah dingin atau pada ikan, amfibi, reptil, kadang-kadang pada invertebrata air. Distribusinya luas, memiliki siklus hidup langsung dan merupakan parasit ekstemal pada insang, sirip, dan rongga mulut. Bisa juga ditemukan pada traktus urinaria. Cacing ini bersifat ovipara dan memiliki haptor yaitu organ untuk menempel yang dilengkapi dengan 2 pasang jangkar dan 14 kait di lateral.
Intensitas reproduksi dan infeksi memuncak pada musim panas. Telur pada umumnya memliki operkulum dan filamen disalah satu ujungnya yang berfiingsi untuk melekatkan telur pada hospes atau benda lain. Larva (oncomiridium) mempunyai silia dan eye spot lebih dari satu. Larva akan berenang dan menempel pada tubuh hospes kemudian menjadi dewasa di hospes (Kabata 1985).
Kabata (1985) menyebutkan bahwa klasifikasi Dactylogyrus sp. digolongkan kelas Monogenea, subkelas Polyonchoinea, ordo Dactylogyridea,family Dactylogyridae, genua Dactylogyrus dan spesies Dactylogyrus sp.
Bentuk Dactylogyrus sp. adalah parasit yang memiliki sepasang bintik mata, saluran usus yang tidak jelas, sepasang jangkar yang tidak memiliki penghubung. Sesuai dengan pernyataan Kabata, (1985) bahwa Dactylogyrus sp. memiliki 2 pasang mata yang kadang - kadang tampak seperti titik hitam dan memiliki saluran usus, mata dan vagina tidak jelas serta sepasang jangkar tanpa bar (penghubung).
Kabata (1985) juga menjelaskan siklus hidup parasit dimulai dari cacing dewasa bertelur, menetas menjadi larva bersilia (onchomiracidium), melekat pada insang kemudian menjadi cacing dewasa. Gejala klinis pada ikan yang terserang Dactylogyrus sp. Yaitu nafsu makan menurun, insang bengkak, megap-megap di permukaan air, lendir berlebihan, pucat, sukar bernafas, dan terkadang insang sampai terbuka keluar.
Gyrodactyltis sp
Gambar 5. Gyrodactylus sp (Sumber : Anonim 2010).
Parasit ini merupakan organisme yang menyerang tubuh ikan bagian luar. Gyrodactylus sp menginfeksi tubuh dan sirip ikan. Gyrodactylus sp merupakan cacing parasit ikan yang menempel pada tubuh inang. Cacing Monogenea berkembangbiak dengan menghasilkan satu telur setiap beberapa saat. Telur mereka menyebar di air atau menempel pada substrat dasar. Larva menetas dari telur dan mengalami tahap berenang sebelum menginfeksi inang baru.
Gyrodactylus sp berkembangbiak dengan melahirkan anakan yang sudah mengandung anakan lagi. Semua anakan hasil reproduksi ini mampu menginfeksi ikan tanpa adanya inang perantara (Awik dkk 2007)
Lernea sp
Gambar 6 : Lernea sp.
Lernea sp. menurut Handajani (2005), merupakan salah satu ektoparasit yang termasuk ke dalam phylum Arthopoda, kelas Crustacea, subkelas Entomostraea, ordo Copepoda, family Lemaideae, 50 Igenus Lemea, spesies Lernea sp. Kordi (2004) menjelaskan bahwa parasit Lernea sp. sepintas mirip sebuahi jarumyang menancap pada tubuli ikan, sehingga sering disebut kutu jarum. Handajani (2005) juga menyebutkan bahwa Lernea sp. adalah parasit yang menancapkan kepalanya kedalam tubuh ikan dengan menggunakan semacam perangkat mirip jangkar.
Gambar 5. Lemea .sp. (Sumber : Pisciculturasantos.blogspot.com 2009)
Ikan yang terserang penyakit ini memperlihatkan gejala klinis antara lain : organ tubuh yang diserang Lemea sp. Nampak seperti cacing yang bergelantungan. Bagian kepala dengan jangkamya berada dalam daging ikan sedangkan bagian badannya dengan 2 kantong telur keluar bebas. Pertumbuhan ikan semakin menumn dan terhambat, badannya kums. Bila Lemea sp dicabut meninggalkan bekas luka bempa sebuah lubang kecil pada tubuh ikan (Daelani 2001).
A. Jenis-jenis Endoparasit pada Ikan
Protozoa
Kelompok hewan yang bersifat parasit tergolong ke dalam Filum Protozoa, Filum Platyhelminthes, Filum Nemathelminthes dan Filum Arthropoda. Parasit ini terdapat di permukaan luar tubuh dan hidup di dalam tubuh (Sains dan Hartini 1999).
Protozoa mempakan hewan uniseluler yang bemkuran mikroskopis dan bersifat parasit pada beberapa spesies hewan invertebrata maupun vertebrata (Diba 2009). Filum Platyhelminthes dan Nemathelminthes tergolong ke dalam kelompok cacing. Platyhelminthes berasal dari bahasa Yunani yakni platys berarti pipih dan helmiths yang berarti cacing (Romimohtarto, 2005). Ciri kiias lain yang dapat dijumpai adalah hewan tidak beruas, simetri bilateral, tidak mempunyai anus maupun rongga tubuh atau selom, hermafrodit, dapat hidup bebas di dalam air sungai dan di laut ataupun hidup parasit pada tubuh hewan lain (Mollaret 2012).
Ciri yang lain adalah berukuran lebih kecil dari 10mm pada beberapa jenis. Makanannya berupa hewan-hewan invertebrata kecil (Brown 1979). Nematoda merupakan anggota filum Nemathelminthes. Karakteristik nematoda adalah mempunyai saluran usus dan rongga badan, berbentuk bulat tidak bersegmen, tubuhnya dilapisi oleh kutikula. Ciri lain ditandai dengan adanya sebuah mulut pada ujung anterior, mulut dikelilingi oleh bibir.
Cacing Pipih
Filum Platyhelminthes dan Nemathelminthes tergolong ke dalam kelompok cacing. Platyhehninthes berasal dari bahasa Yunani yakni platys berarti pipih dan helmiths yang berarti cacing. Ciri khas lain yang dapat dijumpai adalah hewan tidak beruas, simetri bilateral, tidak mempunyai anus maupun rongga tubuh atau selom, hermafrodit, dapat hidup bebas di dalam air sungai dan di laut ataupun hidup parasit pada tubuh hewan lain. Ciri yang lain adalah berukuran lebih kecil dari 10 mm pada beberapa jenis. Makanan berupa hewan-hewan invertebrata kecil. Nematoda merupakan anggota filum Nemathelminthes. Karakteristik nematoda adalah mempunyai saluran usus dan rongga badan, berbentuk bulat tidak bersegmen, tubuhnya dilapisi oleh kutikula. Ciri lain ditandai dengan adanya sebuah mulut pada ujung anteri, mulut dikelilingi oleh bibir.
Arthropoda memiliki anggota kelompok yang bersifat vektor parasit dan ada juga yang hidup bebas di alam. Karakteristik hewan ini adalah tubuhnya berbuku-buku, memilik eksoskeleton, berhabitat di darat maupun di perairan. Organ paru-paru dalam sistem respirasi merupakan organ lintasan bagi cacing nematoda dan merupakan tempat berbiaknya larva trematoda (Brown 1979).
DAFTAR PUSTAKA
Brown HW. 1979. Dasar-dasar Parasitologi Klinis. Rukmono, Probadi W, editor.
Eva.G. 2007. Ectoparasites and Endoparasites among Oreochormis Niloticus (tilapia). Liceo Journal of Higher Education Research.
Handajani, H. 2005. Parasit dan Penyakit Ikan. Universitas Muhammadiyah. Malang.
Muhdisaleh. 2011. Identifikasi Ektoparasit dan Endoparasit Pada Ikan. Wordpress.
Go to link Download